Profil Desa Pesawahan
Ketahui informasi secara rinci Desa Pesawahan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pesawahan, Binangun, Cilacap. Sebuah potret lumbung padi sejati di mana nama adalah takdir. Mengupas kehidupan agraris, peran vitalnya dalam ketahanan pangan, dan visi uniknya menjadi desa budaya yang modern dan sejahtera.
-
Identitas Adalah Nama
Desa ini secara harfiah merupakan "Pesawahan" (area persawahan), dengan lanskap dan kehidupan ekonomi yang sepenuhnya didedikasikan untuk pertanian padi.
-
Lumbung Pangan Krusial
Berfungsi sebagai salah satu pilar utama ketahanan pangan di Kecamatan Binangun, dengan produktivitas pertanian yang menjadi nadi kehidupan warganya.
-
Visi Budaya di Tengah Ladang
Memiliki cita-cita unik untuk menjadi "desa budaya," menunjukkan adanya keinginan untuk melestarikan tradisi dan kearifan lokal agraris di tengah modernisasi.

Di hamparan luas Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, terdapat sebuah desa yang namanya bukan sekadar penanda lokasi, melainkan sebuah pernyataan identitas yang mutlak. Inilah Desa Pesawahan. Dalam bahasa Indonesia, nama ini secara gamblang berarti "area persawahan". Nomen est omen
—sebuah pepatah Latin yang berarti nama adalah pertanda—menjadi ungkapan yang paling tepat untuk melukiskan desa ini. Di sini, takdir agraris terbentang sejauh mata memandang, menjadikan Desa Pesawahan sebagai lumbung padi sejati dan pilar vital ketahanan pangan bagi wilayah sekitarnya.
Nomen Est Omen: Ketika Nama adalah Takdir
Tidak seperti desa lain yang namanya mungkin berasal dari legenda atau tokoh sejarah, asal-usul nama Desa Pesawahan tampak begitu jelas dan fungsional. Nama ini diberikan karena kondisi geografisnya yang sejak dulu kala merupakan hamparan lahan subur yang didedikasikan sepenuhnya untuk budidaya padi. Identitas ini tidak lekang oleh waktu. Hingga hari ini, saat memasuki wilayah Desa Pesawahan, pengunjung akan disambut oleh permadani hijau atau keemasan dari tanaman padi, tergantung pada musimnya. Visi desa yang tercantum dalam situs resminya bahkan memperkuat hal ini, dengan cita-cita menjadi "Desa budaya yang Modern, Tangguh, Gesit, Kreatif dan Sejahtera," mengisyaratkan bahwa budaya yang ingin dibangun dan dilestarikan tak lepas dari akar agrarisnya yang kuat.
Profil Geografis dan Lanskap Lumbung Pangan
Desa Pesawahan merupakan desa pedalaman yang subur, berlokasi di antara desa-desa lain di Kecamatan Binangun. Berdasarkan data dari portal Sistem Informasi Desa (SIDesa) Provinsi Jawa Tengah, luas wilayah Desa Pesawahan yaitu 381,1 Hektar. Wilayah yang sangat luas ini sebagian besarnya merupakan lahan produktif pertanian.
Secara administratif, desa ini terdiri dari 5 dusun, 9 Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Menurut data per tahun 2023, jumlah penduduknya mencapai 4.739 jiwa, terdiri dari 2.342 laki-laki dan 2.397 perempuan. Kepadatan penduduk yang seimbang dengan luas wilayah memungkinkan pemanfaatan lahan untuk pertanian secara maksimal. Jaringan irigasi yang teratur menjadi urat nadi yang mengairi sawah-sawah ini, memastikan siklus tanam dapat berjalan dengan baik sepanjang tahun.
Ekosistem Pertanian: Nadi Kehidupan Desa
Kehidupan di Desa Pesawahan berdenyut selaras dengan ritme pertanian. Seluruh ekosistem sosial dan ekonomi dibangun di atas fondasi agraris ini.
- Padi Sebagai Komoditas TunggalFokus utama pertanian di sini adalah padi. Para petani dengan tekun mengolah lahan, menanam bibit unggul, dan merawat tanaman mereka dari berbagai tantangan. Keberhasilan panen raya menjadi momen perayaan bagi seluruh desa, karena hal itu berarti terjaminnya kesejahteraan untuk beberapa bulan ke depan.
- Peran Kelompok Tani (Gapoktan)Untuk mengelola usaha pertanian yang begitu luas, para petani tidak bekerja sendiri. Mereka terorganisir dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Lembaga ini menjadi wadah untuk koordinasi, penyuluhan dari dinas terkait, pengadaan pupuk bersubsidi, dan pemecahan masalah bersama, seperti penanganan hama atau penyakit tanaman.
- Siklus Kehidupan AgrarisAktivitas harian warga sangat lekat dengan siklus tanam. Mulai dari membajak sawah, menyemai benih (
tandur
), menyiangi rumput (matun
), hingga memanen padi (panen
), semuanya menjadi bagian dari pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun.
Tantangan di Tengah Ladang Hijau
Menjadi lumbung padi bukanlah sebuah tugas yang mudah. Para petani di Desa Pesawahan setiap musimnya dihadapkan pada serangkaian tantangan yang menguji ketangguhan mereka.
- Perubahan IklimPola cuaca yang tidak menentu, seperti musim kemarau yang terlalu panjang atau curah hujan yang berlebihan, dapat secara drastis mempengaruhi jadwal tanam dan hasil panen.
- Hama dan PenyakitSerangan hama seperti wereng atau penyakit seperti blas menjadi ancaman konstan yang dapat menyebabkan kerugian signifikan jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
- Fluktuasi HargaHarga jual gabah di tingkat petani sering kali tidak stabil dan cenderung anjlok saat panen raya tiba. Hal ini menjadi dilema klasik yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
- Regenerasi PetaniSeperti di banyak wilayah agraris lainnya, minat generasi muda untuk melanjutkan profesi sebagai petani menjadi tantangan tersendiri di tengah godaan pekerjaan di sektor lain.
Peran Pemerintah Desa dalam Menjaga Ketahanan Pangan
Pemerintah Desa Pesawahan, yang saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Wasito (periode 2019-2025), memegang peran sentral sebagai fasilitator dan pendukung utama bagi para petaninya. Alokasi Dana Desa dan sumber pendapatan lainnya diprioritaskan untuk program-program yang secara langsung memperkuat sektor pertanian. Fokus pembangunan biasanya meliputi:
- Infrastruktur IrigasiMemastikan saluran-saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier dalam kondisi baik agar distribusi air merata.
- Jalan Usaha Tani (JUT)Membangun dan memperbaiki jalan akses ke area persawahan untuk mempermudah mobilitas alat pertanian dan pengangkutan hasil panen.
- Dukungan kepada GapoktanMemberikan dukungan, baik dalam bentuk sarana maupun pelatihan, kepada kelompok-kelompok tani untuk meningkatkan kapasitas mereka.
Kehidupan Sosial Petani: Gotong Royong dan Tradisi Agraris
Ketergantungan pada alam dan pertanian telah membentuk karakter sosial masyarakat Desa Pesawahan yang komunal dan solid. Semangat gotong royong menjadi perekat sosial yang kuat. Warga saling membantu dalam berbagai kegiatan, mulai dari memperbaiki saluran air, membangun rumah, hingga saat menggelar hajatan.
Tradisi-tradisi yang berakar dari budaya agraris kemungkinan besar masih dilestarikan, seperti upacara sedekah bumi
atau syukuran panen sebagai wujud terima kasih kepada Sang Pencipta. Tradisi inilah yang mungkin menjadi dasar dari visi "Desa Budaya" yang ingin diwujudkan, yaitu sebuah budaya yang menghargai alam, kerja keras, dan kebersamaan sebagai nilai-nilai luhur seorang petani.
Mencari Peluang Baru: Diversifikasi Ekonomi di Luar Padi
Meskipun sangat fokus pada padi, kesadaran akan pentingnya diversifikasi ekonomi mulai tumbuh. Peluang-peluang baru yang dapat dikembangkan di Desa Pesawahan meliputi:
- UMKM Olahan BerasMengembangkan industri rumahan yang mengolah beras menjadi produk bernilai tambah seperti tepung beras, aneka kue tradisional, atau rengginang berkualitas.
- Palawija dan HortikulturaMemanfaatkan lahan pekarangan atau galengan sawah untuk menanam tanaman hortikultura atau palawija sebagai sumber pendapatan tambahan.
- Peternakan TerintegrasiMengembangkan sistem peternakan (sapi, kambing, atau unggas) yang terintegrasi dengan pertanian, di mana limbah ternak dapat diolah menjadi pupuk organik untuk sawah.
Martabat yang Tumbuh dari Sebulir Padi
Desa Pesawahan adalah sebuah monumen hidup bagi martabat kaum petani. Di tengah arus modernisasi yang sering kali meminggirkan sektor pertanian, desa ini dengan bangga menyandang namanya dan menjalankan takdirnya sebagai pemasok pangan. Setiap bulir padi yang dihasilkan dari sawah-sawahnya bukan hanya komoditas ekonomi, tetapi juga buah dari kerja keras, ketabahan, dan doa para warganya. Masa depan Desa Pesawahan terletak pada kemampuannya untuk terus menjaga kesuburan tanahnya, memberdayakan para petaninya, dan mewujudkan visi budayanya, membuktikan kepada dunia bahwa dari sepetak sawah, dapat tumbuh peradaban yang luhur dan menyejahterakan.